IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

RENUNGAN

Waktu Tak Pernah Berhenti: Menemukan Arti di Tengah Arus Kehidupan

Ada satu hal yang selalu berjalan, bahkan ketika kita tak siap—waktu. Ia tidak pernah ragu, tidak pernah menoleh ke belakang, dan tidak pernah berhenti. Ia mengalir seperti sungai yang tak mengenal hulu, terus menuju ke hilir tanpa bisa dibendung. Kita bisa mencoba melambatkan langkah, bisa menunda banyak hal dalam hidup, tapi waktu tetap akan berjalan dengan kecepatan yang sama. Diam-diam, ia membawa kita menjauh dari masa lalu dan mengantar kita semakin dekat ke akhir perjalanan.

Setiap hari, kita hidup di antara kesibukan dan tuntutan. Kita dikejar target, dihimpit ambisi, dipenuhi jadwal yang seolah tak ada ujungnya. Di tengah semua itu, waktu tetap bergerak tanpa jeda. Ia tidak menunggu hingga kita siap menyambut pagi. Ia tak berhenti hanya karena kita ingin tinggal lebih lama dalam pelukan kenangan. Ia terus berjalan, perlahan tapi pasti, meninggalkan mereka yang lupa untuk hadir dalam hidupnya sendiri.

Kita sering berkata, “nanti saja,” “besok,” “suatu saat nanti.” Kita menyimpan impian di laci pikiran, menaruh rencana dalam map yang tertumpuk debu, dan membiarkan hari-hari berlalu dengan alasan “masih ada waktu.” Kita menunda meminta maaf karena merasa masih bisa besok. Kita menahan ucapan cinta karena takut ditolak. Kita menunggu keberanian muncul entah dari mana, padahal waktu terus menggerus segalanya.

Yang menyakitkan, waktu juga mengubah banyak hal yang dulu kita anggap abadi. Orang yang dulu setiap hari kita jumpai, bisa saja esok menjadi sekadar nama di ingatan. Rumah tempat kita tumbuh bisa menjadi bangunan kosong tak berpenghuni. Tawa masa kecil hanya tinggal gema. Tanpa kita sadari, waktu perlahan menghapus detail-detail kecil yang membentuk hidup kita, jika kita tak cukup peka untuk menyimpannya dengan hati.

Namun, bukan berarti waktu adalah musuh. Justru, ia adalah guru yang paling bijak. Ia mengajarkan kita untuk menghargai momen, untuk hidup dengan penuh kesadaran, dan untuk tidak menunda kebaikan. Ia mengingatkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara—bahwa kehilangan adalah bagian dari kehidupan, dan karena itu, mencintai harus dilakukan dengan sepenuh hati, saat ini juga.

Waktu bukanlah soal cepat atau lambat. Ia soal makna. Seseorang bisa hidup 80 tahun tapi tak pernah benar-benar hadir dalam hidupnya sendiri. Sementara orang lain hanya diberi waktu singkat, namun jejaknya abadi dalam kehidupan banyak orang. Bukan panjangnya waktu yang membuat hidup berarti, tapi bagaimana kita mengisinya.

Pertanyaannya sekarang: apa yang kita kejar? Apa yang sedang kita bangun dalam diam-diam? Apakah kita terlalu sibuk mengejar yang fana hingga lupa pada yang utama? Apakah kita hidup sekadar bertahan, atau sedang benar-benar menjalani hidup yang bermakna?

Waktu tidak bisa diputar kembali. Kita tak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semua yang salah. Tapi kita bisa memilih hari ini untuk menjadi titik balik. Kita bisa memulai sekarang juga—memeluk lebih erat, memaafkan lebih cepat, bersyukur lebih dalam, dan mencintai lebih jujur.

Karena pada akhirnya, waktu tak pernah berhenti. Tapi kita bisa memutuskan untuk berhenti sejenak—untuk merenung, untuk mensyukuri, dan untuk menyadari bahwa hidup ini terlalu berharga untuk dijalani dalam penundaan. Jangan tunggu nanti, sebab waktu tak pernah menunggu kita.


Oleh: Rahmat

Editor: Gart


 

Comments powered by CComment