IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

ARTIKEL KESEHATAN

Saraf Kejepit: Ketika Tubuh Meminta Kita untuk Berhenti dan Mendengarkan

Dalam keseharian kita yang sibuk, tubuh sering kali menjadi korban dari ritme hidup yang cepat. Duduk berjam-jam di depan komputer, mengangkat beban berat tanpa pemanasan, atau bahkan tidur dalam posisi salah, semua itu perlahan membebani tubuh kita tanpa kita sadari. Hingga suatu hari, rasa nyeri itu datang — menusuk, menjalar, dan mengganggu setiap gerakan. Itulah pertanda: mungkin ada saraf di tubuh kita yang terjepit.

Saraf kejepit terjadi saat jaringan di sekitar saraf, seperti tulang, tulang rawan, otot, atau tendon, memberikan tekanan berlebih. Tekanan ini mengganggu fungsi normal saraf, sehingga timbul rasa sakit, kesemutan, kebas, hingga kelemahan otot. Lokasi kejadian paling sering adalah di area leher, punggung bawah, dan pergelangan tangan. Namun, sejatinya, saraf kejepit bisa terjadi di mana saja di tubuh kita.

Bayangkan saraf sebagai jalur komunikasi super cepat yang menghubungkan otak dengan seluruh bagian tubuh. Ketika jalur itu terganggu oleh tekanan, pesan yang dikirim pun menjadi kabur, lambat, atau bahkan terhenti. Akibatnya, tubuh tidak lagi merespons dengan normal — bergerak menjadi sakit, merasa jadi terbatas, bahkan aktivitas sederhana seperti berjalan atau menggenggam benda bisa menjadi tantangan berat.

Penyebab saraf kejepit beragam. Pada banyak orang dewasa, proses penuaan alami menyebabkan bantalan antar ruas tulang belakang (diskus) mengering dan menipis, membuatnya lebih mudah bergeser dan menekan saraf. Cedera akibat olahraga atau kecelakaan juga menjadi faktor besar. Selain itu, kebiasaan buruk seperti postur tubuh yang salah, kegemukan, hingga pekerjaan yang mengharuskan gerakan repetitif terus-menerus bisa memperbesar risiko.

Gejala yang dirasakan bisa berbeda-beda, tergantung pada lokasi saraf yang terjepit. Jika terjadi di leher, rasa sakit bisa menjalar ke bahu dan lengan, disertai sensasi seperti kesemutan atau rasa terbakar. Jika di punggung bawah, rasa sakit bisa menjalar ke bokong hingga ke tungkai dan kaki, sering disebut sebagai sciatica.

Menghadapi saraf kejepit membutuhkan kesabaran dan strategi yang tepat. Penanganan awal biasanya melibatkan istirahat, penggunaan kompres panas atau dingin, dan konsumsi obat antiinflamasi untuk meredakan peradangan. Fisioterapi sangat disarankan untuk menguatkan otot-otot pendukung dan memperbaiki postur tubuh. Dalam beberapa kasus yang parah, di mana terapi konservatif tidak lagi efektif, tindakan medis seperti injeksi kortikosteroid atau bahkan pembedahan mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada saraf.

Namun lebih dari sekadar mengobati, saraf kejepit mengajarkan kita sesuatu yang penting: mendengarkan tubuh. Memberi waktu untuk beristirahat, memperbaiki kebiasaan postur, menjaga berat badan ideal, serta melakukan olahraga teratur dengan teknik yang tepat — semua itu adalah bentuk penghargaan kita pada tubuh.

Tubuh kita bukan mesin yang bisa terus dipaksa tanpa batas. Ia berbicara dalam bahasa rasa, memberi tanda ketika ada sesuatu yang salah. Saraf kejepit hanyalah salah satu bentuk peringatan. Dengan memahami dan meresponsnya dengan bijak, kita tidak hanya menyembuhkan rasa sakit, tapi juga membangun hubungan yang lebih sehat dengan tubuh kita sendiri.


Editor: GART


 

Comments powered by CComment